REMPANG - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, bertemu Ketua Keluarga Masyarakat Adat Rempang Gerisman Ahmad, saat berkunjung ke Kota Batam, Kepulauan Riau, Minggu (17/9/2023).
Pertemuan yang diunggah dalam Tiktok Akun Fanbase Bahlil Lahadalia, "melangkah dari timur" tersebut, tampak Menteri Bahlil sedang menjelaskan tentang solusi terbaik terkait pembangunan Rempang Eco City.
Berikut petikan pembicaraan Menteri Bahlil tersebut:
Saya datang bersilaturahmi (dengan) saya punya orang tua sendiri. Saya pingin cerita kita hari ini adalah cerita keluarga. Saya tidak mau bicara ke belakang.
Yang kejadian kemarin saya juga sedih. Jadi mungkin itu kesalahan kita semua. Kami juga salah, keliru-lah, ibarat kata begitu. Semuanya kita keliru.
Tim BP (Badan Pengusahaan) Batam juga keliru, semuanya keliru. Tidak ada yang benar 100%, dan tidak ada juga yang salah 100%. Semua kita keliru.
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat, Berhentilah Meratap
|
Tapi masalahnya sekarang adalah, kita mau melanjutkan kekeliruan ini untuk tidak mendapatkan hasil yang baik? Atau kekeliruan ini kita perbaiki untuk mendapatkan hasil yang baik?!
Karena kalau kita mau memperbaiki, itu harus dari lubuk hati yang paling dalam. Dan ini harus menjadi kesadaran kita semua, kesadaran kolektif! Baik itu Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi (Kepulauan Riau) BP Batam Kotamadya (Pemerintah Kota Batam) maupun masyarakat di sini.
Nah terkait dengan yang tadi Bapak bilang tentang kampung tua, kita sama-sama menghargai. Cuma kalau di master plan ini, mohon maaf, ini anak dan bapak yang bicara ya, ini buka-bukaan supaya tidak ada dusta di antara kita.
Kalau menterinya salah, boleh. Tapi kalau anak salah sedikit-sedikit, ya... orang tua yang luruskan. Jadi posisi saya malam ini sebagai anak.
Jadi Bapak begini, kalau kita bangun industri... Saya kan bangun industri ini sudah banyak sekali. Kalau kita bangun industri, ada pemukiman di dalam industri, itu memang tidak bisa.
Apalagi itu industrinya skala besar. Kenapa? Syukur kalau tidak terbakar atau ada apa-apa. Kalau ada apa-apa, rakyat yang kena itu perusahaannya bisa (masuk) blacklist dunia.
Dan itu pasti harga sahamnya, ketika dia IPO (Initial Public Offering atau Penawaran Umum Perdana Saham) itu akan turun karena dia tidak memenuhi standar pengelolaan perusahaan yang profesional.
Tetapi saya waktu kemarin menyarankan dan saya minta kepada perusahaan, juga memikirkan berapa jaraknya atau jauhnya (ke pemukiman).
Tadinya itu kan kita mau berpikir untuk membebaskan sekaligus, dari total 17 ribu hektare itu sekaligus. Saya bilang, bebaskan yang sementara saja dulu, berapa yang kita punya.
Perusahaan yang kita sudah tanda tangan itu dulu yang kita fokuskan, sambil kita pikir yang lain-lain.
Saya bilang yang lain-lain itu, kalau kamu (pihak perusahaan) sudah kerjakan baik, maka tanpa kamu suruh pun pasti akan datang, akan terpanggil, tanpa disuruh.
Jadi saya sudah kemarin memutuskan untuk bikin (bangun) dulu total area yang dibutuhkan 2000 hektare, tapi dengan fasum-fasumnya itu tidak bisa 2.000 minimal 2.300 hektare, atau 2.500 hektare. Sudah fokus di situ aja dulu. Barang ini masuk dulu, sambil kita bicara yang lain-lainnya dengan baik.
Nah, itu sih Bapak. Menyangkut dengan akar budayanya, atau segala macam, coba kita cari solusinya.
Contoh kalau memang perkampungan itu ada dalam kawasan industri, kita sisihkan satu tempat yang mungkin di luar industri. Baru kita bikin semacam cagar (seluas) satu hektare-lah, bikin semacam museum atau apa. Di situ menjelaskan bahwa ini adalah alur cerita dari sejarah di kampung ini.
Kalau memang setuju, saya akan betul-betul mengawal langsung. Saya tidak mungkin menzalimi orang tua-tua di sini, itu jauh dari tabiat saya.
SUMBER: https://vt.tiktok.com/ZSLohtSqK/